PROPOSISI (QADHIYAH)
A.
PENGERTIAN
PROPOSISI (QADHIYAH)
Yang
dimaksud dengan proposisi adalah pernyataan dalam bentuk kalimat yang
dapat dinilai benar dan salahnya. Proposisi sering disebut juga dengan
keterangan. Proposisi merupakan bentuk terkecil dari pemikiran yang mengandung
maksud sempurna.[1]
Sementara
Prof.Dr.H. Baihaqi A.K. mengungkapkan bahwa Qadhiyah (proposisi) dalam
ilmu mantiq ialah jumlah (mufidah) dalam ilmu nahwu dan kalimat
dalam bahasa Indonesia. Jika demikian dapatlah dikatakan bahwa Qadhiyah adalah
rangkaian kata-kata yang mengandung pengertian.
Contoh:
Es
dingin.
Udara
segar.
Mahasiswa
tidak hadir.
Tahun
depan saya akan menjadi sarjana.
dll
Kalimat-kalimat
itu merupakan contoh-contoh qadhiyah. Karena isi qadhiyah merupakan kabar maka
nama lain untuk qadhiyah adalah khabar.
Setiap
proposisi (qadhiyah atau khabar atau keterangan) selalu mengandung kemungkinan
benar atau salah. Qadhiyah itu benar jika isinya sesuai dengan kebenaran (muthabiq
li al-waqi’) dan sebaliknya Qadhiyah itu salah jika isinya tidak seuai
dengan kenyataan (ghairu mutabiq li al-waqi’).
Jika
ada qadhiyah yang isinya pasti benar atau tidak mungkin salah, maka kepastian
kebenarannya itu tidak disebabkan oleh qadhiyah itu sendiri, melainkan oleh
kebenaran yang mengatakannya. Proposisi berupa firman Allah di dalam Al-Quran yang
mengandung isi pasti kebenarannya, bukan kebenarannya itu karena Proposisinya,
tetapi karena kemahabenaran Allah yang memfirmankannya.Hal ini berlaku sebaliknya,
jika Qadhiyah itu pasti salah, maka bukan karena Qadhiyah itu sendiri melainkan
karena yang mengatakannya adalah pembohong.[2]
Susunan
kata yang tidak dapat dinilai betul salahnya tidaklah dikatakan sebagai
proposisi. Berikut ini adalah bentuk kata yang tidak dapat dijadikan sebagai
proposisi:
1.
Ungkapan
yang mengandung keinginan.
2.
Bentuk
perintah.
3.
Bentuk
larangan.
4.
Permohonan.
Semua
susunan diatas itu diluar ilmu logika, karena di dalam isinya tidak ada
kemungkinan benar atau salah.
Suatu
proposisi mempunyai tiga bagian yaitu subyek (S), predikat (P), dan satu bagian
lagi yang merupakan suatu tanda yang menyatakan hubungan diantara subyek dan
predikat, ini disebut dengan kopula (K).
Contoh:
Manusia adalah mortal.
S
K P
Kata
yang biasa digunakan sebagai kopula dalam ilmu logika ialah : adalah, bukan,
tidak, ialah, jika, apabila, manakala yang dilanjutkan dengan manakala,
meskipun, dan sebagainya.
Dalam
ilmu mantik ada istilah lain dari istilah subyek, predikat, dan kopula. Subyek
(sesuatu yang diterangkan atau pokok) disebut maudu’, dalam ilmu
nahwu disebut mubtada. Predikat (sebutan atau sesuatu yang menerangkan
pokok) disebut mahmul , dalam ilmu nahwu disebut khabar.
Kopula (sesuatu yang menghubungkan antara pokok dan predikat) disebut nisbah
atau rabithah.
Penggunaan
kopula sifatnya tidak mesti, ada susunan subyek dan predikat yang tidak
menggunakan kopula, contoh:
Ali anak Usman.
Olahraga bermanfaat.[3]
B.
MACAM-MACAM
PROPOSISI (QADHIYAH)
a.
Dilihat
dari bentuknya : Tunggal dan Majemuk
Proposisi tunggal ialah proposisi yang hanya mengandung satu pernyataan, contoh: Kuda
adalah Hewan, sebagian manusia adalah tidak bijaksana, dsb.
Proposisi Majemuk ialah
proposisi yang tersusun dari lebih dari satu pernyataan, contoh: M. Yamin
adalah seorang ahli hokum dan sastrawan kenamaan. Proposisi ini terdiri
dari dua proposisi, yaitu:
M. Yamin adalah seorang ahli hokum; proposisi pertama
M. Yamin adalah seorang sastrawan kenamaan; proposisi kedua.
b.
Dilihat
dari sumbernya.
1.
Proposisi
Analitik (proposisi a priori)
Adalah proposisi yang predikatnya mempunyai pengertian yang sudah
terkandung padasubyeknya seperti:
Mangga adalah buah-buahan
Kuda adalah hewan
2.
Proposisi
Sintetik.
Adalah proposisi yang predikatnya mempunyai pengertian yang bukan
menjadi keharusanbagi subyeknya, contoh:
Papaya ini manis.
Gadis itu gendut.
Masakan ini pedas.
c.
Dilihat
dari kualitasnya.
1.
Afirmatif
Proposisi yang kopulanya selalu bersifat membenarkan adanya
persesuaian hubungan subyek dan predikat ,contohnya: Manusia adalah mortal, sebagian
manusia adalah bijaksana.
2.
Negative
Adalah proposisi yang kopulanya menyatakan bahwa antara subjek dan
predikat tidak ada hubungan sama sekali. Contoh: Semua gajah bukanlah semut,
Semua manusia tidaklah jujur.
d.
Dilihat
dari hubungannya.
1.
Proposisi
kategori
Bentuk-bentuk
proposisi kategori
i.
Dilihat
dari pokok, keterangan mengurai (proposisi kategori) itu terbagi menjadi empat
a.
Meliput
(unifersal/kuliyat)
Yaitu apabila keterangan itu ditujukan kepada keseluruhan diri yang
terkandung dalam pokok dengan diawali olehkata-kata yang mengandung pengertian
tiap seperti seluruh, segenap, semua, setiap, satu per satu, segala,
masing-masing dan sekalian.
b.
Membagi
(particular/juziyat)
Yaitu apabila isi keterangan ditujukan kepada sebagian saja dari
keseluruhan yang terkandung dalam pokok dengan diawali kata-kata seagian atau
kata-kata sejenisnya seperti separoh,sepertiga, seperempat, dsb.
c.
Mengumum
(general/kuliy)
Yaitu apabila isi keterangan itu tertuju kepada seluruh atau
sebagian yang terkandung oleh pokok dan tidak diawali oleh kata yang
berpengertian tiap ataupun kata sebagian.
d.
Menentu
(singular/syakhsiyah)
Apabila keterangan itu hanya khusus mengenai satu diri saja.
ii.
Dilihat
dari segi sebutan, proposisi kategori terbagi kedalam dua kelompok.
a.
Menegas
(afirmatif/ mujibah), yaitu apabila isi keterangan itu menegaskan yang berlaku
pada pokok, contoh
Setiap kejahatan akan mendapat balasan yang setimpal.
Orang yang berbuat jahat hatinya selalu gelisah.
b.
Menidak
(negative), yaitu apabila keterangan itu meniadakan sebutan yang berlaku atas
pokok, contoh:
Semua pengkhianat bangsa akan dikucilkan
Aidit bukan pejuang bangsa.
2.
Proposisi
kondisional (Qadiyah syarthiyah)
Yaitu proposisi yang
bagian-bagiannya bergantung pada bagian
yang lain.Artinya sifat afirmasi (pembenaran) dan penyangkalan (negasi) dalam
hubngan subyek dan predikat didasari atas syarat tertentu. Atau dengan kata lain
kebenaran bergantung pada syarat. Contoh:
Jika ia dating saya pergi
Bila rajin belajar tentu akan lulus.
Proposisi ini
Terbagi dua:
a.
Kondisional
Hipotesis (Qardhiyah Syarthiah Mutashilah)
Yaitu proposisi yang mengandung
hubungan yang syarat-syaratnya dikemukakan dengan memakai tanda penghubung
(kopula) “jika” atau kata-kata yang sejenis dengannya seperti bila, ketika dan
sebagainya. Proposisi ini memiliki dua unsure yaitu anteseden berisi
sebab (syarat) dan konsekuen yang berisi akibat. Dalam logika anteseden
letaknya harus mendahului konsekuen.contoh: jika saya pergi ia tidak akan dating,
bilakemarau berkepanjangan pohon-pohonakan mati.
Antara sebab dan akibat dalam
proposisi hipotetik ini ada kalanya merupakan hubungan kebiasan dan adakalanya hubungan
keharusan, contoh:
Jika saya malas ayah akan marah (kebiasaan)
Jika nyawa pergi matilah seseorang.(kaharusan)
b.
Kondisional
Disjunktif.(Qadhiyah Syarthiyah Munfashilah)
Yaitu proposisi
yang berisi pernyataan alternative. Keduabagian tersebut dihubungkan dengan
kopula “atau” atau dengan katayang searti dengan kata atau. Contoh:
Ia seorang
pejabat atau koruptor
Kuliah logika
susah atau mudah
Untuk
mempermudah mengingat uraian di atas dapat kita buat ringkasannya sebagai
berikut:
No.
|
Nama Proposisi
|
Lambang
|
Contoh
|
1
|
Meliput
menegas (unifersal afirmatif)
|
A
|
Semua
syuhada mulia
|
2
|
Meliput
menidak (universal negatif)
|
E
|
Tak
satupun munafik jujur
|
3
|
Membagi-menegas
(proposisi khusus afirmatif)
|
I
|
Sebagian
pejabat disiplin
|
4
|
Membagi
menidak (proposisi khusus negatif)
|
O
|
Sebagian
mahasiswa tidak disiplin
|
PENYIMPULAN LANGSUNG (EDUKSI)
Pada umumnya kesimpulan ditarik dari
satu keterangan dengan satu keterangan lainya. Selain itu ada sejenis cara
penarikan kesimpulan yang disebut kesimpulan cepat (langsung). Cara ini
didasari oleh unsur benar ataupun salah dalam proposisi mengurai, contoh:
Semua manusia cerdik (A)
Tak ada manusia erdik (E)
Sebagian manusia cerdik (I)
Sebagian manusia tidak cerdik (O)
Cara untuk membuat proposisi diatas berlakulah rumus:
No.
|
Lambang
|
Permasalahan
|
Rumus
|
Contoh
|
1
|
A
|
Meliput Menegas
|
Semua S adalah P
|
Semua mahasiswa terdidik
|
2
|
E
|
Meliput Menidak
|
Semua S bukan P
|
Semua Pemalas akan gagal
|
3
|
I
|
Membagi-Menegas
|
Sebagian S adalah P
|
Sebagian mahasiswa disiplin
|
4
|
O
|
Membagi-Menindak
|
Sebagian S adalah P
|
Sebagian guru tidak ramah
|
Prof. Dr. Ls. Stebbing menjelaskan bahwa untuk menguji kebenaran
atau kesalahan setiap proposisi dalam menarik kesimpulan langsung ini digunakan
rumus atau azas sebagai berikut:
No
|
Pangkalan
|
Pangkalan itu Dapat Menunjukan
|
||
1
|
A benar
|
E
palsu
|
I benar
|
O palsu
|
2
|
E benar
|
A palsu
|
I palsu
|
O benar
|
3
|
I benar
|
A tak pasti
|
E palsu
|
O tak pasti
|
4
|
O benar
|
A palsu
|
E tak pasti
|
I tak pasti
|
5
|
A palsu
|
E tak pasti
|
I tak pasti
|
O benar
|
6
|
E palsu
|
Atak pasti
|
I benar
|
O takpasti
|
7
|
I palsu
|
A palsu
|
I benar
|
O benar
|
8
|
O palsu
|
A benar
|
A palsu
|
I benar
|
Perbadaan
peniapan
Keadaan
meniap atau tak meniap pada pnggir subyek (pokok) mudah untuk diketahui, karena
pokok biasanya diawali oleh kata tiap atau kata-kata bagi. Berbeda dengan
predikat , sebab pinggir predikat (sebutan) itu tidak diketahui oleh kata tiap
atau bagi.Meskipun demikian masih ada jalan untuk menentukan meniap atau tidak
meniap pinggir sebutan itu. Untuk lebih jelas marilah kita ambil ontoh dengan
pola A,E,I,O. Untuk membuat contoh ini harus digunakan rumus:
No
|
Bentuk Keterangan
|
Pokok Subyek
|
Sebutan (Predikat)
|
1
|
A
|
MENIAP
|
TAK MENIAP
|
2
|
E
|
MENIAP
|
MENIAP
|
3
|
I
|
TAK MENIAP
|
TAKMENIAP
|
4
|
O
|
TAK MENIAP
|
MENIAP
|
Baiklah kita buktikan rumus diatas;
Semua mahasisiwa UIN orang Islam
(A:subyek meniap)
Berdasarkan rumus diatas maka berarti predikatnya tidak meniap
“tidak setiap orang Islam itu mahasiswa UIN”
Tak satupun mahasiswa UIN orang kristen (E: subyek meniap)
Berarti predikatnya meniap : setiap orang kristen tak satupun
mahasiswa UIN
Sebagian mahasiswa UIN orang jawa (I:
subyek tak meniap)
Berarti predikatnya tak meniap berarti tidak setiap orang jawa
mahasiswa UIN
Sebagian dosen tidak memiliki mobil (O: subyek tak meniap)
Berarti predikatnya meniap maka: setiap kepemilikan mobil tidak
terdapat pada sebagian dosen.
OPOSISI (TANAQUD)
A.
PENGERTIAN
Tanaqud adalah dua
qadhiyah yang berlawanan secara positif (ijab) dan negatif (salab)
sehingga yang satunya benar dan yang lainnya salah.Contoh:
Kelapa buah (Q1) di-tanaqudh-kan dengan
Kelapa bukan buah (Q2)
Maka: (Q1) benar dan (Q2) salah.
Untuk
membahas mengenai pertentangan terlebihdahulu perlu diketahui hubungan
proposisi dalam ilmu logika.
1.
Hubungan
Independen (tak bertautan). Dua pernyataan bersifat independen manakala
keduannya menunjukan permasalahan yang sama sekali terpisah. Contoh:
Kuda sumbawa kuat, Pohon asam berakar tunggang, Semua kelinci makan
daun-daunan, Rendang padang enak rasanya.
Hubungan
independen mempunyai ciri benar salahnya pernyataan pertama tidak dapat
menentukan benar salahnya pernyataan lainnya.
2.
Hubungan
Ekuivalen (persamaan). Yaitu dua pernyataan mempunyai hubungan equivalen
manakala keduanya memiliki makna yang sama. Contoh:
Semua besi adalah logam, Sebagian logam adalah besi
Sebagian lulusan UIN menjadi guru, sebagian guru lulusan UIN
Hubungan
ekuivalen mempunyai ciri benar salahnya pernyataan yang satu menentukan benar
salahnya pernyataan lain.
B.
PROPOSISI
YANG BERTENTANGAN
Berikut ini kita akan membahas proposisi yang bertentangan
(tanaqud), proposisi yang bertentangan dalam ilmu logika terbagi menjadi empat:
1.
Kontrari. Yaitu bentuk A dengan bentuk E. Pertentangan ini mempunyai dua
ciri:
a.
Tidak
sama-sma benar.
b.
Tapi
bisa sama-sama palsu. Contoh:
(A) Setiap besi adalah logam =
benar
(E) Setiap besi bukan logam =
palsu
(I)Setiap logam adalah besi =
palsu
(E)Setiap logam bukan besi =palsu
2.
Subkontrari ,yaitu pertentangan bentuk I dengan bentuk O, mempunyai ciri:
3.
Subalternasi, yaitu
pertentangan A dengan bentuk I ataupun pertentangan bentuk E dengan bentuk O.
Pertentangan ini mempunyai ciri:
4.
Kontradiksi , pertentangan
bentuk A dengan bentuk O ataupun pertentangan bentuk E dengan bentuk I,
pertentangan ini hanya memiliki satu ciri jika salah satu diantaranya benar
maka yang lainnya palsu, contoh:
(A)Setiap besi adalah logam =
benar
(O)Sbagian besi bukan logam =
palsu
(E)Setiap logam bukan besi =palsu
(O)Sebagian besi bukan ogam =
benar
Pada pertentangan yang bersifat kontradiksi inilah dijumpai
pertentangan yang benar-benar mutlak, hal ini disebabkan karena pertentangan
disebabkan dua unsur, yaitu:
a.
Pertentangan
kwalitas (pertentangan antara sifat, menegas dan menidak)
b.
Pertentangan
kwantitas (pertentangan antara jumlah, yaitu meliput dan membagi)
C.
TANAQUD
YANG BENAR
Untuk kebenaran
tanaqudh diperlukan syarat-syarat umum sebagai berikut:
1.
Sama
Maudhu’ (subjeknya), Muhammad kawin dengan Ali tidak kawin ,tidak
dapat dipertentangkan (tanaqudh).
2.
Sama
Mahmul (Predikat) ,jadi tiada dapat dipertentangkan antara Umar pergi ke
pasar dengan Umar tidak bekerja keras.
3.
Sama waktu, jadi tiada tanaqudh antara Hasan
tidur sekarang dengan Hasan tidak tidur kemarin.
4.
Sama
tempat terjadinya, jadi tiada tanaqudh antara : Hindun duduk dirumah dan
Hindun tidak duduk di kantor. Sebab tempat kedua contoh itu tidaak sama.
5.
Sama
dalam hal cara Q1 dan Q2 ,yaitu antara disengaja dibuat supaya menjadi sesuatu
dengan tanpa sengaja dibuat sehingga menjadi sesuatu tadi dengan sendirinya.
Jadi tiada tanaqudh antara: Anggur menjadi cuka (karena dibuat) dengan Anggur
tidak menjadi cuka (dengan sendirinya).
6.
Sama
dalam hal sebagian (juz’i) dan keseluruhan (kulli) antara Q1 dan Q2. Jadi tiada
tanaqudh antara : Orang kamerun sebagian dari mereka berkulit putih (juz’i)
dengan Orang kamerun seluruhnya dari mereka tidak putih (kulli). Sebab tidak
sama kuantitasnya.
7.
Sama
syarat (kata: jika, seandainya dsb.). Jadi tidak tanaqudh antara :
Ia akan
berhasil jika ia bekerja keras dengan ia tidak akan berhasil jika ia malas.
Sebab, tidak
sama isi syarath pada kedua qadhiyah.
8.
Sama
idhafah dalam Q1 dan Q2, jadi tidak tanaqudh antaara Umar abu Rani sehat
dengan Umar Abu Rita tidak sehat.